JEJAK


Jejak

            Suara klakson bis membangunkanku dari tidur. Sudah gelap rupanya. Kulihat jendela bis sudah terpenuhi titik titik air hujan. Kulirik jam yang melingkar di tangan kiriku, jam 6 sore. Satu jam lagi sampai rumah eyang pikirku. Hawa dingin ac mulai menusuk tulang dan persendian, aku naikkan resleting jaket dan menutupi kepalaku menggunakan hoodie. Aku menengok ke belakang, seluruh penumpang tertidur kecuali gadis cantik di pojok kanan. Dia sedang asyik menidurkan boneka bayinya. Aku putuskan untuk tidak tidur. Melihat pemandangan yang berada di luar jendela bis sangatlah menyenangkan. Kita seperti melihat film dokumenter gratis, sebegitu realitanya kehidupan ini.

            Saat turun, aku sudah melihat Adam berdiri di depan gang sambil melempar senyuman terbaik yang dia punya untukku. Untuk kakak sepupunya. Dia langsung membawa tas backpackku yang cukup besar. “Gak ada yang lebih berat lagi apa ndul?” tanyanya padaku.
            “Ada well, ujian hidup yang terberat.” Jawabku sambil tertawa terbahak-bahak. Ia pun langsung menyalakan motor nya dan kami pun melaju kencang. Gerimisnya terlalu rapat, dan lebat membuat pandangan kami mulai kabur. Asap rokok yang dia hisap terlalu pekat, menghujani seluruh wajah. Sesak tapi aku tahan. (bersambung ...)

Komentar

Postingan Populer